<body> johndoe - buletin
Ternyata McD, to?
oleh dalijo

Siapa yang tak tahu restoran makanan cepat saji franchise dari Amerika Serikat McD? Di Indonesia sendiri, McD dengan mudah dapat dijumpai di lokasi-lokasi strategis di kota-kota besar. Restoran yang promosinyapun kerap kita saksikan di stasiun televisi-televisi swasta nasional. Restoran cepat saji yang menyediakan makanan-makanan khas orang-orang barat, khususnya burger. Restoran yang memiliki citra ’elite’ atau ’ekslusif’ di mata masyarakat kita, karena memang harga yang ditawarkan untuk menu makanan yang tersedia bisa dibilang tidak murah.

McD, sebagai sebuah franchise sudah menjangkau sangat luas daerah-daerah di sudut penjuru dunia. Tak hanya di Amerika Serikat sendiri, sebagai negeri asalnya, tapi McD juga menjamah hampir tiap kota besar di tiap-tiap benua. Bisa dibayangkan kemudian betapa besar berpengaruhnya restoran yang dismaskoti oleh Ronald McDonald ini di dunia.

Bisa dibilang jika McD yang begitu pesat dan memiliki jaringan pasar yang luas itu merupakan salah satu bentuk dari simbol imperialisme modern. Dengan merasuki ke sektor-sektor ekonomi dan mencari laba sebesar-besarnya dari indusri macam ini, dengan target pasar hampir di seluruh penjuru benua. Dan agaknya juga tidak tanggung-tanggung, bahkan di tempat lain di kota yang sama kadang ada lebih dari satu restoran McD yang bercokol. Maka bisa dibayangkan, berapa traffic uang yang terjadi di McD di seluruh dunia dalam seharinya, atau bahkan lebih jauh bisa dibayangkan pula berapa profit yang di dapat dalam seharinya oleh McD ini.

Jika melihat kejayaan restoran waralaba macam ini, apakah faktor yang membuatnya begitu sukses menjelajahi perut-perut jutaan manusia di dunia ini? Agaknya varian menu makanan cepat saji yang ditawarkan, tingkat kepraktisan, serta rasa dari makanan yang ditawarkan itu menjadi faktor utama dari kesuksesan mereka, disamping pengelolaan manajemen serta pemasaran yang tentunya juga tak kalah baik. Tapi kemudian terlepas dari itu timbul pertanyaan. Dampak apakah yang ditinggalkan nama besar McD dalam melangkah di atas kesuksesan dan nama besarnya dari hari ke hari?

Pertanyaan itu terjawab sudah. Kecenderungan dari para pelanggan tetap yang mengkonsumsi McD dengan frekuensi cukup tinggi tiap minggunya ternyata memiliki ancaman kesehatan lebih tinggi. Ancaman itu bernama obesitas. Suatu bentuk kelebihan berat badan. Masalah baru yang kini dihadapi oleh para maniak fast food di seluruh dunia, termasuk para pelanggan McD. Di Amerika Serikat sendiri, negeri asal McD. Masalah obesitas menjadi masalah yang tidak bisa dibilang kecil dalam andilnya pada tingkat kematian di Amerika Serikat setelah rokok.

Obesitas itu sendiri menjadi mata rantai bagi penyakit-penyakit dan kecenderungan lain bagi para pengidapnya. Penyakit seperti jantung, dan kecenderungan merokok menjadi masalah utama dari para pengidap obesitas. Belum lagi masalah-masalah lain yang lebih ke arah personal, seperti sandang pangan yang ukuran kebutuhannya di atas rata rata, atau masalah lain yang tetap juga berpengaruh pada kinerja pribadi seperti cepat lelah, lamban, dan gampang mengantuk.

Tapi tidak serta merta kita menyalahkan para konsumen dalam hal ini. McD sendiri sebagai sebuah restoran yang terkenal sekalipun jarang atau bahkan kadang tidak mencantumkan tabel nutrisi tentang menu yang mereka sajikan dalam restoran mereka. Berkait dengan tabel nutrisi ini, para ahli gizi Amerika Serikat umumnya tidak menganjurkan orang untuk mengkonsumsi fast food. Hal itu telah terbukti, karena survey membuktikan bahwa kandungan nutrisi fast food seperti itu untuk konsumsi reguler tidak baik bagi kesehatan. Dan meskipun nantinya bukan untuk konsumsi reguler, tapi pada hakikatnya kandungan nutrisi dari fast food macam itu tetap tidak baik.

Umumnya bahan-bahan yang dipakai untuk mengolah masakan dan makanan yang tersedia di restoran fast food macam ini ternyata dipakai pula unsur-unsur yang bersifat adiktif. Unsur-unsur yang dimaksudkan agar orang bukan untuk ketergantungan (seperti obat-obatan), tapi lebih pada ’ketagihan’ makanan ini, sehingga selalu ingin mencoba, dan mencoba terus. Dan implikasinya, adalah pelanggan yang selalu memberikan profit tiap harinya bagi McD, serta memupuk lemak dan obesitas untuk mereka sendiri.

Dan sekali lagi ini mendatangkan masalah baru sebenarnya bagi negara-negara di dunia, khususnya yang banyak warganya memiliki ketergantungan tinggi akan makanan kurang sehat macam ini, seperti Amerika Serikat. Agaknya masalah kesehatan dan dampak sosial yang ditimbulkan selama ini telah tersamarkan dari melajunya angka laba yang selalu bertambah dari restoran macam ini. Sebaiknya masalah ini memang perlu diperhatikan, sebelum benar-benar semua merasa kecolongan. Ketika tanpa disadari sudah banyak orang bermasalah dengan berat-badan mereka, yang kemudian menjadi lebih kompleks lagi kepada meningkatnya angka kematian, menurunnya produktivitas, dan masalah sosial lain, di satu sisi semakin banyak saja kemudian masyarakat yang mengkonsumsi makanan yang tidak seimbang tabel nutrisi dan gizinya ini.